Pemilihan umum presiden (Pilpres) 2014 mempertemukan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa bertarung di tengah gelanggang. Siapa yang bakal menjadi pemimpin Indonesia dalam lima tahun ke depan? Simak liputannya di sini.


Kalau sudah begini siapa yang harus dipersalahkan ? Pemerintahkah atau rakyatkah ? Pertanyaannya adalah mengapa kita tidak dapat swasembada dirumah kita sendiri yang notabene kaya akan sumber daya alam. Ataukah memang kebanyakan jumlah SDM tanpa diimbangi skill ? Jawabannya............,"Ow tidak", jawab penulis. Indonesia sudah banyak tenaga ahli. Alumni universitas bidang teknologi dan pertanian bertebaran di seluruh propinsi. Tetapi mengapa hanya kedele kita tidak bisa swasembada. Menurut penulis bukan SDM nya yang harus dipersalakan tetapi rasa simpati dan empati serta nasionalisme yang semakin terkikis habis mengalahkan nafsu duniawi. Betapa tidak, kebijakan impor kedele jojong abis. Sedangkan produk lokal diabaikan bahkan seakan dianggap tidak ada. Para petani seakan dicuekin dengan harus menanam sendirian dengan segudang harga bahan proses yang selangit mesra. Belum beli kedelenya, mana beli pupuknya, mana sewa lahannya, mana ongkos tukangnya, mana teknologi canggihnya gak ada, mana, mana , manaaaaaaaaaaaaaa. busyet bingkung dech.
Coba kalo pemerintah segera bertindak. Teknologi pertanian digiatkan, SDM ditingkatkan sampai pada pelaksanaan tanam massal se Indonesia. Pernahkan pemerintah memikirkannya selain hanya mengotak atik kebijakan impor dan impor dan impor. Kalau memang ya......... tentunya kita tak perlu mengimpor kedele. Ya gak. Kalau teknologi informatikan is okay kita impor. Tapi ini bahan baku tempe dan tahu. Kita tak bisa tanam. Gimana ini ? Apakah salah apabila kalau pertanyaan ini muncul. Bukankan jaman semakin canggih, orang semakin pinter tapi mana rasa empati kepada warga negara.
Ini hanya soal kedele............ bagaimana dengan soal lainnya, coba?